Awalnya,
aku takut akan keputusan-keputusan yang ada. Aku berontak, ada rasa ingin
menangis tapi tak dapat kukeluarkan air mata ini. Mengapa... mengapa.. Orang
tua tak pernah memberi kebebasan akan apa yang aku inginkan. Aku udah dewasa,
aku sudah bisa menentukan apapun yang akan aku lakukan, dan aku dapat mempertanggung
jawabkan keputusanku.
Berawal
saat aku menduduki bangku SMA. Aku menginginkan bagaimana rasanya jatuh cinta
dan dicintai. Waktu itu, temanku banyak. Mereka selalu mendorongku untuk selalu
mencari pasangan. “ eh Pam,” Begitulam mereka memanggilku. “ayo.. kapan kamu
kayak kita-kita.. malam minggu udah berdua, cari pacar donk!” aku hanya
mengiyakan dan membalas dengan senyuman. Disitulah aku mikir, aku ya
menginginkan keadaan seperti mereka. Mempunyai pasangan, yang bisa diajak
kompromi saat lagi ada hal yang kurang mengenakkan di pikiran kita. Namun,
rasanya semua itu terasa sulit bagiku. Karena pastilah faktor dari orang tuaku.
Waktu
itu, sebenernya udah ada beberapa anak cowok yang lagi PDKT ma aku. tapi aku
menganggapnya hanya sebagai teman saja. Disaat yang sedang ingin aku mencoba,
aku mulai sedikit membuka diri untuk mau menggubris diantara beberapa mereka. Saat
itu, aku sudah tak lagi mendengarkan nasehat orang tuaku yang nggak ngebolein
aku untuk berpacaran. Dalam hati, AKU HANYA INGIN MERASAKAN APA YANG
TEMAN-TEMANKU MERASAKANNYA.
Teringat
kata-kata orang tuaku pada saat itu, seusai acara perjodohan antara tanteku dengan
anak teman ayahku. Saat itu, salah satu anggota keluarga dari teman ayahku
menanyakan tetang apakah aku telah memiliki seorang kekasih??, biasalaah orang
tua selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan sperti itu disaat sedang berkumpul acara
keluarga. Pertanyaan itu membuatku agak
gimana gitu.. aku hanya membalas dengan senyuman dan sedikit meringis. Sontak
Ibuku langsung menjawab, menengahi pembicaraanku dengan tante itu. “Masih
sekolah, g boleh mikirin hal ini dan itu dulu. Pam2 ini g saya bolehin tuk
pacaran. Itu nanti sajalah, ursan kita sebagai orang tua Jeng”. Ucap Ibuku ke
tante besan itu. Aku hanya melihat ke arah ibuku dan tante itu, hanya dengan sebuah senyuman. Dalam
hati, ada rasa sebel. Padahal waktu itu aku lagi sedang PDKT dan ingin mencoba
tuk berpacaran. Aku iri ma ayahku. Dulu, ayahku memang dijodohkan. Biasalah, di
keluarga ayahku selalu menerapkan sistim itu. Tapi, buktinya, ayahku malah
kecantol kan ma ibuku, gak lewat sistim-sistim perjodohan. Eh kenapa kok sekarang
malah perjodohan itu harus diterapkan padaku nantinya..?? WHY... WHY...
WHY...???!!!
Ah,
masa bodoh...
Di
sekolah, HP’ku bergetar menandakan ada SMS masuk. Ku baca pesan itu. Dan ternyata
pesan itu dari ipoy. Ipoy adalah salah satu anak yang lagi PDKT ma aku. waktu
itu, ada Ipoy dan ada Mz Putro yang lai deketin aku. Ipoy berbeda SMA dengan
aku, aku d Smaja, dy d SMA 2. Anaknya baik, ga neko-neko, itu yang sedikit kukagumi sosok Ipoy. Maz Putro juga baik. Tapi sayangnya maz putro Umurnya 3 tahun
lebih tua dari aku. Maz putro statusnya udah kuliah di Universitas jember,
khususnya di Faperta, yang sekarang malah menjadi Tempatku menjalankan Study di Faperta, dan juga asistenku pula...
Kembali
pada pesan Sms dari ipoy. Dy menanyakanku apakah malam minggu nanti aku sibuk?.
Aku sedikit bingung mo jawab apa. Karna selalu, malam minggu sampai malam
senin, aku selalu menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku dan adikku. Kami
selalu mangadakan acara hang out bareng, hal itu ditujukan agar aku dan adikku
tidak terikut jaman yang katanya sekarang udah mulai edan.
Aku pun membalas “nggak sibuk”. Dalam fikiranku, biarlah untuk malam minggu ini aku akan meminta ijin keluar pada orang tuaku, dengan lasan, aku akan mencari buku bacaan. hehee
Aku pun membalas “nggak sibuk”. Dalam fikiranku, biarlah untuk malam minggu ini aku akan meminta ijin keluar pada orang tuaku, dengan lasan, aku akan mencari buku bacaan. hehee
Udah
hampir 4 bulan lebih si ipoy PDKT. Tapi, akunya masih takut dan akupun ingin
mengenal ipoy lebih dekat, bagai mana kelakuan anak itu. Dan selama ku lihat,
dia baik dan g neko-neko, ibadahnya ya kuat, cakep pula. Itu yang bikin aku
kagum banget. Ahirnya, malam minggu pun aku diskasih ijin ma ayahku tuk keluar,
walau awalnya harus dengan kesabaran dan sedikit pemaksaan sih. Aku gak
ngebolehin Ipoy menjemputku. Aku mengajak dia tuk janjian di Gramedia aja. Dan ipoypun
mengiyakan, karna kita sama-sama berniat ingin mencari-cari buku.
Malam
itu, aku sedikit kaget. Ipoy menyatakan bahwa dia ingin jadi
cowku. Tapi, aku mengatakan dulu lebih awal ma dia tentang orang tuaku yang nggak
ngebolehin aku pacaran. Awalnya, Ipoy yang menunjukkan mimik wajah sumeringah, berubah menjadi
lemes. Dan akupun mengatakan, bahwa aku juga ingin berpacaran. Kami berdua, tak
langsung memutuskan tentang status kami. Ipoypun memberi arahan tuk melakukan
sholat Istikhoroh. Oh Tuhan,, betapa tambah terkagumnya aku sama anak ini..
karna masalah itu sedikit susah tuk dipecahkan dan hal itu membuat kami akan
semakin jadi pusing, maka aku dan ipoy memutuskan untuk makan es krim aja. Waktu
menunjukkan jam 20.20 wib. Setelah puas kami makan eskrim, akhirnya kami
pulang. Ipoy memintaku untuk membuntutiku sampai rumah,katanya dy takut aku
kenapa-kenapa. karena Jalan ke arah rumahku emang sepi. Sisi positif lain yang
aku tangkap lagi dari Ipoy, Perhatian. :)
Aku
meminta Ipoy menghentikan mengantarku hanya sampai depan Blok rumahku. Karna aku
takut akan ketahuan orang tuaku, itu malah akan membuatku menjadi berabe. Sesampai
dirumah, untung saja aku g telat pulangnya. Akupun langsung menuju kamarku. Dan
smsan dengan Ipoy masih berlanjut, sambil bersenda gurau. Hingga pukul 21.30,
kami menghentikan pecandaan kami, dan kami saling berpamitan untuk tidur. Tak lupa,
Ipoy mangajakku untuk bangun malam dan akan membangunkanku.
Malam
pun lewat. Hari pertama setelah kami melaksanahan sholat istikhoroh, kami saling tak mendapatkan pencerahan. Hingga malam
ke tiga, kami mendapatkan pencerahan. Dan kami memutuskan untuk menjalin
hubungan pacaran. Ipoy sudah menerima akan keadaanku yang nggak boleh pacaran. Dia
mau menjalani hubungan backstreet. Awalnya aku sangat takut. Tapi kami lalui
dengan alakadarnya saja. Selama menjalin hubungan pacaran, Ipoy banyak
mengajarkanku dan merubahku ke arah yang lebih baik lagi. Awalnya yang aku
males banget untuk melaksanakan sholat malam, yang biasa ku lakukan masih
bolong-bolong, setelah berpacaran dengan ipoy, Sholat malamku semakin giat dan
sistem belajarkupun menjadi semakin lebih baik dan nilai-nilaiku semakin
meningkat. Hubungan kami sudah berjalan beberapa bulan. Dan sebenernya aku
sedikit lelah untuk hubungan backstreet terhadap orang tuaku. Aku berencana
untuk mengenalkan Ipoy pada Orang tuaku. Aku berfikiran Gila,, menurutku. Entah
apapun yang akan aku terima dari orang tuaku, aku berani menerima.
Benar
saja, aku mengatakan bahwa aku telah berpacaran selama beberapa bulan dengan
Ipoy, dan awalnya Orang tuaku sangat-sangatlah marah. Namun, berbagai alasan
aku utarakan, aku memiliki alibi yang kuat. Aku membenarkan akan perlakuan
positifku yang semakin meningkat, itu berkat Ipoy. Dan orang tuaku sedikit demi
sedikit meluluhkan hatinya, tak lupa aku selalu meminta pada Allah. Beberapa hari
kemudian, malam minggu aku mulai berani untuk menyuruh Ipoy berkunjung ke Rumahku. Mulanya
aku takut kalau Ipoy akan menjadi mundur karena orang Tuaku yang terkesan keras
di mata teman-temanku. Tetapi, sisi keberanian Ipoylah yang semakin membuatku
terkagum pada anak itu.
Kami
berduapun menghadapi orang tuaku. Kok malah aku yang gugup.
Ipoy justru menampakkan sikap yang tenang. Aku takut akan ipoy malah
dimarah-marahin ma ortuku. Tapi, bersyukurlah pertemuan dengan orang tuaku
berjalan dengan baik. Meski Orang tuaku, masih sedikit tidak merestui hubungan kami. Waktu itu jujur aku pengen nangis. Aku merasa sudah mendapatkan pasangan
yang pas. Baik, sopan, ibadahnya kuat, pengertian, cakep pula. Ipoy berbeda
dengan Cowok-Cowok lainnya yang aku tau/ denger dari banyak bibir, cowok itu
hanya ngambil butuhnya saja, dan kebanyakan teman-temanku sakit hati hanya
karena cowok dan sempat ingin sampai bunuh diri. Namun aku bersyukur, Ipoy tidak
seperti semua itu. Dia memperlakukanku selayaknya wanita yang ingin selalu dia
lindungi dan tak ingin sedikitpun terluka ataupun rusak. Tapi aku berusaha untuk
menjalani semua ini seperti air yang mengalir saja, atas Rido-nya.
Hubungan
kami masih baik-baik saja hingga kami berdua akan melaksanakan ujian UNAS. 5
bulan lagi UNAS akan berlangsung. Kami berdua saling berlomba untuk belajar
dengan giat. Namun, entah kenapa hubungan kami justru semakin merenggang. Mungkin
karena kami sama-sama sibuk untuk belajar. Tapi sikap Ipoy sudah mulai sedikit
berubah. Justru aku medengar dari teman-temannya bahwa ipoy lagi di deketin ma
anak tetangga rumahnya. Aku sedikit kaget. Dan aku menanyakan kebenaran dari
berita itu. Namun Ipoy justru malah marah-marah. Sisi positif Ipoy menjadi
berbalik 180º di dalam fikiranku. Aku sakit di bentak. Ortuku saja kalo marah
nggak pernah bentak. Mereka hanya memberikan kultum dan dakwah.
Waktu
itu, aku hanya berfokus untuk belajar saja. Dan ortuku tak tau akan keadaan
yang terjadi pada aku dan Ipoy. Tapi sedikit banyak mungkin mereka tau, dan
sengaja membiarkanku untuk menyelesaikan persoalanku sendiri. Setiap malam,
Ipoy sudah jarang untuk membangunkanku lagi. Kita jarang juga berhubungan lewat
SMS. Akupun tak ingin mengambil pusing akan semua ini.
UNASpun
akan diadakan kurang 3 bulan lagi. Rasanya, selama 2 bulan yang terlewatkan, hanya terasa sepintas saja. Waktu serasa cepat berputar, masalahku dengan Ipoy bak seperti
tak ada kabarnya lagi. Tak ada status di antara hubungan kita. Tak ada kata
putus ataupun bertemu. Pada saat itu, HP'u berdering. saat ku lihat, ternyata Ibu Ipoylah yang menelfonku. beliau hanya
menanyakan mengapa aku tak pernah main kerumah beliau lagi? Demi menjaga hati
beliau, aku hanya beralasan bahwa sedang sibuk belajar untuk UNAS. Dan mungkin
Beliau telah peka akan keadaan yang terjadi antara aku dengan Ipoy. Terahir aku
lihat Ipoy, dia justru bergoncengan dengan cewek lain yang tak lain itu adalah
tetangganya. Aku hanya tertawa saja dalam hati. Entah kenapa, tak ada
sedikitpun rasa cemburu yang ada. Pada detik itu pula, aku mengirim pesan
singkat pada Ipoy yang berisi: “Terima Kasih Telah mengajarkanku banyak Hal
Kebaikan. Mungkin Tuhan mengirimkanmu padaku hanya Untuk membimbingku ke arah
yang lebih baik Lagi. Jasa-Jasamu, tak akan pernah aku Lupakan :)”.
Setelah Pesan Terkirim, Ipoy langsung menelfonku. Dan akupun tak ingin
bertengkar dalam telfon. Ipoypun mengajakku untuk bertemu 4 mata. Pada saat
itulah, kami menyelesaikan semuaya. Berbagai argumen dan alasan yang terlontar
dari mulut Ipoy. Tapi, ntah kenapa perasaanku saat itu sudah hambar. Dan kamipun
memutuskan untuk mengahiri hubungan kami.
Dari
semua keadaan yang aku alami, banyak memberi pelajaran bagiku. Mungkin benar
kata orang-orang, “Apapun yang Orang Tua Katakan, Harus kita Turuti. Sebab Jika
Tidak, ada Saja Hambatan Atau Cobaan-Nya yang Membuat Menjadi Hancur.” Mungkin Ipoy
Bukanlah Jodohku. Walau hampir semua yang ada pada dirinya, adalah kriteriaku.
semenjak kejadian itu, aku sadar akan selalu menuruti apa yang diinginkan orang tuaku nantinya. Namun, dengan adanya semua ini, tak sedikitpun membuatku menyesal. karena, banyak sisi positif yang bisa aku terima dan tumbuh untuk merubah sikap dan sifatku ke arah yang lebih baik lagi.
semenjak kejadian itu, aku sadar akan selalu menuruti apa yang diinginkan orang tuaku nantinya. Namun, dengan adanya semua ini, tak sedikitpun membuatku menyesal. karena, banyak sisi positif yang bisa aku terima dan tumbuh untuk merubah sikap dan sifatku ke arah yang lebih baik lagi.
terima kasih atas waktu yang kalian luangkan tuk mambaca Kertas Usangku..
lanjutan-lanjutan caritaku, akan aku Tulis dalam KERTAS USANGKU yang lain :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar