Halaman

Sabtu, 03 November 2012

pelajaran yang berharga



            Awalnya, aku takut akan keputusan-keputusan yang ada. Aku berontak, ada rasa ingin menangis tapi tak dapat kukeluarkan air mata ini. Mengapa... mengapa.. Orang tua tak pernah memberi kebebasan akan apa yang aku inginkan. Aku udah dewasa, aku sudah bisa menentukan apapun yang akan aku lakukan, dan aku dapat mempertanggung jawabkan keputusanku.
            Berawal saat aku menduduki bangku SMA. Aku menginginkan bagaimana rasanya jatuh cinta dan dicintai. Waktu itu, temanku banyak. Mereka selalu mendorongku untuk selalu mencari pasangan. “ eh Pam,” Begitulam mereka memanggilku. “ayo.. kapan kamu kayak kita-kita.. malam minggu udah berdua, cari pacar donk!” aku hanya mengiyakan dan membalas dengan senyuman. Disitulah aku mikir, aku ya menginginkan keadaan seperti mereka. Mempunyai pasangan, yang bisa diajak kompromi saat lagi ada hal yang kurang mengenakkan di pikiran kita. Namun, rasanya semua itu terasa sulit bagiku. Karena pastilah faktor dari orang tuaku.
            Waktu itu, sebenernya udah ada beberapa anak cowok yang lagi PDKT ma aku. tapi aku menganggapnya hanya sebagai teman saja. Disaat yang sedang ingin aku mencoba, aku mulai sedikit membuka diri untuk mau menggubris diantara beberapa mereka. Saat itu, aku sudah tak lagi mendengarkan nasehat orang tuaku yang nggak ngebolein aku untuk berpacaran. Dalam hati, AKU HANYA INGIN MERASAKAN APA YANG TEMAN-TEMANKU MERASAKANNYA.
            Teringat kata-kata orang tuaku pada saat itu, seusai acara perjodohan antara tanteku dengan anak teman ayahku. Saat itu, salah satu anggota keluarga dari teman ayahku menanyakan tetang apakah aku telah memiliki seorang kekasih??, biasalaah orang tua selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan sperti itu disaat sedang berkumpul acara keluarga. Pertanyaan itu  membuatku agak gimana gitu.. aku hanya membalas dengan senyuman dan sedikit meringis. Sontak Ibuku langsung menjawab, menengahi pembicaraanku dengan tante itu. “Masih sekolah, g boleh mikirin hal ini dan itu dulu. Pam2 ini g saya bolehin tuk pacaran. Itu nanti sajalah, ursan kita sebagai orang tua Jeng”. Ucap Ibuku ke tante besan itu. Aku hanya melihat ke arah ibuku dan tante itu, hanya dengan sebuah senyuman. Dalam hati, ada rasa sebel. Padahal waktu itu aku lagi sedang PDKT dan ingin mencoba tuk berpacaran. Aku iri ma ayahku. Dulu, ayahku memang dijodohkan. Biasalah, di keluarga ayahku selalu menerapkan sistim itu. Tapi, buktinya, ayahku malah kecantol kan ma ibuku, gak lewat sistim-sistim perjodohan. Eh kenapa kok sekarang malah perjodohan itu harus diterapkan padaku nantinya..?? WHY... WHY... WHY...???!!!
            Ah, masa bodoh...
           Di sekolah, HP’ku bergetar menandakan ada SMS masuk. Ku baca pesan itu. Dan ternyata pesan itu dari ipoy. Ipoy adalah salah satu anak yang lagi PDKT ma aku. waktu itu, ada Ipoy dan ada Mz Putro yang lai deketin aku. Ipoy berbeda SMA dengan aku, aku d Smaja, dy d SMA 2. Anaknya baik, ga neko-neko, itu yang sedikit kukagumi sosok Ipoy. Maz Putro juga baik. Tapi sayangnya maz putro Umurnya 3 tahun lebih tua dari aku. Maz putro statusnya udah kuliah di Universitas jember, khususnya di Faperta, yang sekarang malah menjadi Tempatku menjalankan Study di Faperta, dan juga asistenku pula...
            Kembali pada pesan Sms dari ipoy. Dy menanyakanku apakah malam minggu nanti aku sibuk?. Aku sedikit bingung mo jawab apa. Karna selalu, malam minggu sampai malam senin, aku selalu menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku dan adikku. Kami selalu mangadakan acara hang out bareng, hal itu ditujukan agar aku dan adikku tidak terikut jaman yang katanya sekarang udah mulai edan. 
          Aku pun membalas “nggak sibuk”. Dalam fikiranku, biarlah untuk malam minggu ini aku akan meminta ijin keluar pada orang tuaku, dengan lasan, aku akan mencari buku bacaan. hehee
            Udah hampir 4 bulan lebih si ipoy PDKT. Tapi, akunya masih takut dan akupun ingin mengenal ipoy lebih dekat, bagai mana kelakuan anak itu. Dan selama ku lihat, dia baik dan g neko-neko, ibadahnya ya kuat, cakep pula. Itu yang bikin aku kagum banget. Ahirnya, malam minggu pun aku diskasih ijin ma ayahku tuk keluar, walau awalnya harus dengan kesabaran dan sedikit pemaksaan sih. Aku gak ngebolehin Ipoy menjemputku. Aku mengajak dia tuk janjian di Gramedia aja. Dan ipoypun mengiyakan, karna kita sama-sama berniat ingin mencari-cari buku.
            Malam itu, aku sedikit kaget. Ipoy menyatakan bahwa dia ingin jadi cowku. Tapi, aku mengatakan dulu lebih awal ma dia tentang orang tuaku yang nggak ngebolehin aku pacaran. Awalnya, Ipoy yang  menunjukkan mimik wajah sumeringah, berubah menjadi lemes. Dan akupun mengatakan, bahwa aku juga ingin berpacaran. Kami berdua, tak langsung memutuskan tentang status kami. Ipoypun memberi arahan tuk melakukan sholat Istikhoroh. Oh Tuhan,, betapa tambah terkagumnya aku sama anak ini.. karna masalah itu sedikit susah tuk dipecahkan dan hal itu membuat kami akan semakin jadi pusing, maka aku dan ipoy memutuskan untuk makan es krim aja. Waktu menunjukkan jam 20.20 wib. Setelah puas kami makan eskrim, akhirnya kami pulang. Ipoy memintaku untuk membuntutiku sampai rumah,katanya dy takut aku kenapa-kenapa. karena Jalan ke arah rumahku emang sepi. Sisi positif lain yang aku tangkap lagi dari Ipoy, Perhatian. :) 
            Aku meminta Ipoy menghentikan mengantarku hanya sampai depan Blok rumahku. Karna aku takut akan ketahuan orang tuaku, itu malah akan membuatku menjadi berabe. Sesampai dirumah, untung saja aku g telat pulangnya. Akupun langsung menuju kamarku. Dan smsan dengan Ipoy masih berlanjut, sambil bersenda gurau. Hingga pukul 21.30, kami menghentikan pecandaan kami, dan kami saling berpamitan untuk tidur. Tak lupa, Ipoy mangajakku untuk bangun malam dan akan membangunkanku.
            Malam pun lewat. Hari pertama setelah kami melaksanahan sholat istikhoroh, kami saling tak mendapatkan pencerahan. Hingga malam ke tiga, kami mendapatkan pencerahan. Dan kami memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran. Ipoy sudah menerima akan keadaanku yang nggak boleh pacaran. Dia mau menjalani hubungan backstreet. Awalnya aku sangat takut. Tapi kami lalui dengan alakadarnya saja. Selama menjalin hubungan pacaran, Ipoy banyak mengajarkanku dan merubahku ke arah yang lebih baik lagi. Awalnya yang aku males banget untuk melaksanakan sholat malam, yang biasa ku lakukan masih bolong-bolong, setelah berpacaran dengan ipoy, Sholat malamku semakin giat dan sistem belajarkupun menjadi semakin lebih baik dan nilai-nilaiku semakin meningkat. Hubungan kami sudah berjalan beberapa bulan. Dan sebenernya aku sedikit lelah untuk hubungan backstreet terhadap orang tuaku. Aku berencana untuk mengenalkan Ipoy pada Orang tuaku. Aku berfikiran Gila,, menurutku. Entah apapun yang akan aku terima dari orang tuaku, aku berani menerima.
            Benar saja, aku mengatakan bahwa aku telah berpacaran selama beberapa bulan dengan Ipoy, dan awalnya Orang tuaku sangat-sangatlah marah. Namun, berbagai alasan aku utarakan, aku memiliki alibi yang kuat. Aku membenarkan akan perlakuan positifku yang semakin meningkat, itu berkat Ipoy. Dan orang tuaku sedikit demi sedikit meluluhkan hatinya, tak lupa aku selalu meminta pada Allah. Beberapa hari kemudian, malam minggu aku mulai berani untuk menyuruh Ipoy berkunjung ke Rumahku. Mulanya aku takut kalau Ipoy akan menjadi mundur karena orang Tuaku yang terkesan keras di mata teman-temanku. Tetapi, sisi keberanian Ipoylah yang semakin membuatku terkagum pada anak itu.
            Kami berduapun menghadapi orang tuaku. Kok malah aku yang gugup. Ipoy justru menampakkan sikap yang tenang. Aku takut akan ipoy malah dimarah-marahin ma ortuku. Tapi, bersyukurlah pertemuan dengan orang tuaku berjalan dengan baik. Meski Orang tuaku, masih sedikit tidak merestui hubungan kami. Waktu itu jujur aku pengen nangis. Aku merasa sudah mendapatkan pasangan yang pas. Baik, sopan, ibadahnya kuat, pengertian, cakep pula. Ipoy berbeda dengan Cowok-Cowok lainnya yang aku tau/ denger dari banyak bibir, cowok itu hanya ngambil butuhnya saja, dan kebanyakan teman-temanku sakit hati hanya karena cowok dan sempat ingin sampai bunuh diri. Namun aku bersyukur, Ipoy tidak seperti semua itu. Dia memperlakukanku selayaknya wanita yang ingin selalu dia lindungi dan tak ingin sedikitpun terluka ataupun rusak. Tapi aku berusaha untuk menjalani semua ini seperti air yang mengalir saja, atas Rido-nya.
            Hubungan kami masih baik-baik saja hingga kami berdua akan melaksanakan ujian UNAS. 5 bulan lagi UNAS akan berlangsung. Kami berdua saling berlomba untuk belajar dengan giat. Namun, entah kenapa hubungan kami justru semakin merenggang. Mungkin karena kami sama-sama sibuk untuk belajar. Tapi sikap Ipoy sudah mulai sedikit berubah. Justru aku medengar dari teman-temannya bahwa ipoy lagi di deketin ma anak tetangga rumahnya. Aku sedikit kaget. Dan aku menanyakan kebenaran dari berita itu. Namun Ipoy justru malah marah-marah. Sisi positif Ipoy menjadi berbalik 180º di dalam fikiranku. Aku sakit di bentak. Ortuku saja kalo marah nggak pernah bentak. Mereka hanya memberikan kultum dan dakwah.
            Waktu itu, aku hanya berfokus untuk belajar saja. Dan ortuku tak tau akan keadaan yang terjadi pada aku dan Ipoy. Tapi sedikit banyak mungkin mereka tau, dan sengaja membiarkanku untuk menyelesaikan persoalanku sendiri. Setiap malam, Ipoy sudah jarang untuk membangunkanku lagi. Kita jarang juga berhubungan lewat SMS. Akupun tak ingin mengambil pusing akan semua ini.
            UNASpun akan diadakan kurang 3 bulan lagi. Rasanya, selama 2 bulan yang terlewatkan, hanya terasa sepintas saja. Waktu serasa cepat berputar, masalahku dengan Ipoy bak seperti tak ada kabarnya lagi. Tak ada status di antara hubungan kita. Tak ada kata putus ataupun bertemu. Pada saat itu, HP'u berdering. saat ku lihat, ternyata Ibu Ipoylah yang menelfonku. beliau hanya menanyakan mengapa aku tak pernah main kerumah beliau lagi? Demi menjaga hati beliau, aku hanya beralasan bahwa sedang sibuk belajar untuk UNAS. Dan mungkin Beliau telah peka akan keadaan yang terjadi antara aku dengan Ipoy. Terahir aku lihat Ipoy, dia justru bergoncengan dengan cewek lain yang tak lain itu adalah tetangganya. Aku hanya tertawa saja dalam hati. Entah kenapa, tak ada sedikitpun rasa cemburu yang ada. Pada detik itu pula, aku mengirim pesan singkat pada Ipoy yang berisi: “Terima Kasih Telah mengajarkanku banyak Hal Kebaikan. Mungkin Tuhan mengirimkanmu padaku hanya Untuk membimbingku ke arah yang lebih baik Lagi. Jasa-Jasamu, tak akan pernah aku Lupakan :)”. Setelah Pesan Terkirim, Ipoy langsung menelfonku. Dan akupun tak ingin bertengkar dalam telfon. Ipoypun mengajakku untuk bertemu 4 mata. Pada saat itulah, kami menyelesaikan semuaya. Berbagai argumen dan alasan yang terlontar dari mulut Ipoy. Tapi, ntah kenapa perasaanku saat itu sudah hambar. Dan kamipun memutuskan untuk mengahiri hubungan kami.
            Dari semua keadaan yang aku alami, banyak memberi pelajaran bagiku. Mungkin benar kata orang-orang, “Apapun yang Orang Tua Katakan, Harus kita Turuti. Sebab Jika Tidak, ada Saja Hambatan Atau Cobaan-Nya yang Membuat Menjadi Hancur.” Mungkin Ipoy Bukanlah Jodohku. Walau hampir semua yang ada pada dirinya, adalah kriteriaku. 
semenjak kejadian itu, aku sadar akan selalu menuruti apa yang diinginkan orang tuaku nantinya. Namun, dengan adanya semua ini, tak sedikitpun membuatku menyesal. karena, banyak sisi positif yang bisa aku terima dan tumbuh untuk merubah sikap dan sifatku ke arah yang lebih baik lagi. 


terima kasih atas waktu yang kalian luangkan tuk mambaca Kertas Usangku..
lanjutan-lanjutan caritaku, akan aku Tulis dalam KERTAS USANGKU yang lain :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar